Jumat, 06 November 2009

KEWIRAUSAHAAN

Sejarah dan Pengertian Kewirausahaan


A. Sejarah Kewirausahaan
Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:

1. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh
Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif.
Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan
yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang
menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi
lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi
keuntungan yang diperoleh sebesar 25%.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini
wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar.
Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber
daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe
wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang
arsitektural.
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa
seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku
mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang
tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik
modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan
akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa
itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai
seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan
pertambahan nilai personal.
6. Abad 10
Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.

B. Pengertian Kewirausahaan
Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan
entrepreneurial, dan entrepreneur.
1.Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani
antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan
perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang
dibutuhkan seorang entrepreneur.
2.Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam
organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan
pasar.
3.Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya
berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang
menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan
pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
4.Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau berwirausaha.

Inventor dan Entrepreneur
Perbedaan antara inventor dan entrepreneur.
Inventor diartikan sebagai seseorang yang bekerja untuk mengkreasikan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya, ia termotivasi dengan ide dan pekerjaannya. Inventor
pada umumnya memiliki pendidikan dan motivasi berprestasi yang tinggi.
Sedangkan wirausaha atau entrepreneur lebih menyukai berorganisasi daripada
menemukan sesuatu. Ia mengatur dan memastikan agar organisasinya berkembang
dan bertahan. Entrepreneur berupaya mengimplementasikan penemuannya sehingga
disukai publik namun inventor lebih menyukai menemukan atau menciptakan
sesuatu.

Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi:
1.Pengambilan inisiatif,
2.Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan ekonomi
untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis
3.Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
Kewirausahaan meliputi proses yang dinamis sehingga dengan demikian
timbul pengertian baru dalam kewirausahaan yakni sebuah proses mengkreasikan
dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu
yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko sosial, dan
akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian
personal.

Empat hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan yakni :
1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan
menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh
wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi
tersebut.
2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan.
Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan
mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan.
3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin
terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko social.
4. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi
atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward
berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan
usahanya.

C. Pengambilan Keputusan untuk Berwirausaha
Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini merupakan factor-faktor pendorong yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha:
1.Mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini
biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun
mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negatif yang menimbulkan
gangguan.

2.Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung
keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya,
keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri
sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang lain. Hal ini lebih memacu
seseorang untuk lebih mengembangkan usaha daripada bekerja untuk orang
lain. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi faktor yang tak kalah
penting. Dukungan ini dapat terlihat melalui pembangunan infrastruktur, regulasi
yang mendukung pembentukan usaha baru, stabilitas ekonomi dan kelancaran
komunikasi.
Faktor selanjutnya adalah pemahaman terhadap pasar. Tentu saja
hal ini menjadi penting terutama dalam meluncurkan produk baru ke pasaran.
Selanjutnya adalah peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga
memotivasi seorang wirausahawan. Faktor yang terakhir adalah ketersediaan
finansial yang akan menunjang usaha.

D. Peranan Wirausahawan dalam Perkembangan Ekonomi
Peranan wirausaha tidak hanya sekedar meningkatkan pendapatan perkapita
tapi juga memicu dan mundukung perubahan struktur masyarakat dan bisnis. Dalam
hal ini pemerintah dapat berperan sebagai inovator. Pemerintah akan bergerak
sebagi pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan kebutuhan sosial.


E. Kewirausahaan dari Perspektif Ekonomi:Peluang Usaha

1. Peluang Usaha
Merupakan situasi dimana orang memungkinkan menciptakan kerangka fikir baru dalam
rangka menkreasikan dan mengkombinasikan sumberdaya, ketika pengusaha merasa yakin terhadap keuntungan yang diperoleh (Shane, 2003).
Perbedaan utama antara peluang kewirausahaan dengan situasi yang lain adalah dalam
peluang usaha adalah orang mencari keuntungan yang membutuhkan suatu kerangka
fikir yang baru dari pada sekedar mengoptimalkan kerangka fikir yang telah ada.

2. Peluang usaha: Schumpeterian (1934) dan Kiznerian (1973)
Schumpeter (19340 percaya bahwa informasi baru merupakan suatu yang penting dalam menjelaskan eksistensi peluang usaha. Perubahan teknologi, tekanan politik, faktor-faktor lingkungan makro dan kecenderungan sosial dalam menciptakan informasi baru yang dapat digunakan pengusaha untuk mendapatkan dan mengkombinasikan kembali sumber daya dalam bentuk yang lebih bernilai. Kizner (1973) berpendapat bahwa peluang kewiarusahaan hanya membutuhkan cara baru untuk membuat inovasi berdasarkan informasi yang telah tersedia yaitu belief mengenai cara menggunakan sumber daya yang seefisien mungkin.

Perbedaan antara peluang Schumpeterian vs Kiznerian

Schumpeterian Kiznerian
Disequilibrating Equilibrating
Requires new information Does not requires new information
Very innovative Less innovative
Rare Common
Involves creation Limited to discovery

Berdasarkan perbedaan tersebut terlihat bahwa Kiznerian lebih mengutamakan
peluang dari sesuatu yang telah mapan (cateris paribus). Informasi yang diperlukan
bukan informasi yang bersifat radikal sehingga inovasi yang muncul biasa terjadi.
Sangat berlainan dengan Schumpeterian, peluang terjadi dalam situasi ketidakseimbangan. Dalam situasi ini, informasi yang didapatkan banyak dan sering kali bersifat radikal. Sifat radikal ini menyebabkan inovasi jarang terjadi karena situasi yang radikal juga jarang terjadi.

3. Sumber Peluang usaha: Schumpeterian (1934)
Ada tiga kategori sumber peluang usaha yaitu:
1. perubahan teknologi
2. perubahan politik dan kebijakan
3. perubahan sosial dn demografi

5. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan adalah sumber peluang usaha karena sebagai pusat
penelitian. Hasil-hasil penelitian tersebut menjadi dasar peluang usaha. Zucker dkk
(1998) meneliti tentang berdirinya perusahaan bioteknologi. Mereka menemukan bahwa
jumlah ilmuwan dan universitas ternama dalam suatu daerah tersebut meningkatkan
stok dan peningkatan jumlah perusahaan bioteknologi. Universitas bergengsi
menghasilkan hak paten yang lebih banyak. UGM dengan Research University
merupakan salah satu langkah menghasilkan penelitian-penelitian yang dapat
menghasilkan paten dan dapat diterima di pasar.


F. Kewirausahaan dari Perspektif Sosiologi
Seperti yang kita ketahui dalam artikel sebelumnya, peluang kewirausahaan
membutuhkan formulasi kerangka baru (Casson, 1982). Dalam artikel ini mari kita
mengajukan pertanyaan: kenapa seseorang dan bukan yang lain, dapat mengetahui dan
melihat adanya peluang? Rumus yang dapat kita ajukan adalah kepemilikan orang
tersebut akan informasi dan belief yang dapat mengantarkan seseorang untuk berikir
tentang ide-ide inovatif. Karena belief dan kepemilikan informasi tidak sama antara satu orang dengan yang lain maka tidak setiap orang mampu mengenali setiap peluang
kewirausahaan yang tersedia (Shane, 2000). Penelitian telah menjelaskan bahwa
karakteristik psikologis dan non psikologis dari seseorang mempengaruhi tendensinya
untuk mengihat peluang kewirausahaan.
Secara umum, yang menyebabkan seseorang mampu melihat peluang usaha
dibandingkan yang tidak adalah pertama mereka memiliki akses yang lebih baik akan
informasi tentang keberadaan peluang. Kedua, mereka dapat mengenali peluang lebih
baik daripada yang lain, walaupun diberikan sejumlah informasi yang sama tentang hal
peluang. Biasanya, hanya orang yang memiliki kemampuan kognitif superior yang
memiliki kemampuan tersebut.
Akses informasi
Beberapa orang mampu mengenali peluang lebih baik karena mereka memiliki
informasi lebih dibandingkan orang lain (Hayek, 1945; Kirzner, 1973). Informasi ini
memungkinkan seseorang untuk mengetahui bahwa sebuah peluang adalah sebuah
anugerah ketika orang lain mengabaikan situasi tersebut. Informasi pengalaman hidup
yang spesifik, seperti pekerjaan atau kehidupan sehari-hari dapat memberikan akses
pada informasi dimana orang lain belum tentu mendapatkannya (Venkataraman, 1997).
Pengalaman hidup ini memberikan proses permulaan pada informasi bahwa orang lain
telah menggunakan sumberdaya secara tidak lengkap atau tidak proporsional, seperti
perubahan teknologi atau perkembangan peraturan yang baru.
Pengalaman hidup
Aktivitas tertentu memberikan referensi pada pengatahuan yang dibutuhkan
untuk mengetahui peluang. Dalam faktanya, penelitian sebelumnya telah menunjukkan
kejadian dari dua aspek pengalaman hidup yang meningkatkan probabilitas seseorang
untuk mengetahui peluang yaitu pekerjaan dan pengalaman yang berbeda.
Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dapat mengantarkan seseorang untuk menemukan
peluang baru. Sebagai contoh, ahli kimia atau fisika lebih dulu dalam menemukan
teknologi dibandingkan ahli sejarah karena penelitian memberikan mereka akses pada
informasi tentang peluang dimana orang lain tidak mendapatkannya (Freeman, 1982).
Diantara tipe-tipe pekerjaan yang menyediakan akses pada informasi, yang paling
signifikan adalah Research and Development (Klepper dan Sleeper, 2001). Karena
penelitian dan pengembangan menciptakan sebuah informasi baru yang menyebabkan
perubahan teknologi, sehingga menjadi sebuah sumber utama dari peluang (Aldrich,
1999) maka orang yang bekerja dalam bidang penelitian dan pengembangan akan lebih
cepat mengetahui tentang adanya peluang dan perkembangan teknologi dibandingkan
orang lain.
Variasi dalam pengalaman hidup
Variasi dalam pengalaman hidup menyediakan akses pada informasi yang baru
dan dapat membantu seseorang dalam menemukan peluang. Penemuan peluang ini
kadang seperti menyusun puzzle, karena sebuah kepingan informasi yang baru kadang
memiliki elemen yang hilang dan membutuhkan kecermatan bahwa peluang baru telah
hadir. Variasi dalam pengalaman menyebabkan seseorang akan menerima informasi
yang baru. Selanjutnya, dari hal tersebut individu dapat menemukan kepingan peluang
(Romanelli dan Schoonhoven, 2001) karena individu dengan pengalaman hidup danpekerjaan yang banyak akan memiliki akses dalam pengalaman yang beranekaragam
(Casson, 1995).
Delmar dan Davidsson (2000) telah membandingkan sampel secara acak dari
405 orang yang memiliki bisnis dengan sebuah kelompok kontrol yang juga dipilih
secara acak dan menemukan bahwa dalam proses memulai sebuah bisnis umumnya
mereka adalah orang yang sering berpindah-pindah kerja dibandingkan kelompok
kontrol.
Ikatan Sosial
Salah satu cara yang penting agar individu bisa mendapatkan akses informasi
tentang peluang kewirausahaan adalah melalui interaksi dengan orang lain atau jejaring
sosial mereka. Struktur dari jejaring sosial seseorang akan mempengaruhi informasi apa yang mereka terima dan mengkategorikan informasi tersebut.
Ikatan yang kuat pada seseorang yang kita percayai sepenuhnya, juga sangat
menguntungkan dalam menemukan peluang. Dalam ikatan yang kuat, terdapat
kepercayaan sehingga individu dapat mempercayai sepenuhnya keakuratan informasi
yang datang dari orang tersebut. Kepercayaan dalam keakuratan informasi merupakan
hal yang penting untuk penemuan peluang karena wirausahawan membutuhkan akses
informasi, dan selanjutnya mensintesiskannya.
Beberapa penelitian mendukung pendapat ini bahwa ikatan sosial meningkatkan
kemungkinan seseorang dalam menemukan peluang kewirausahaan. Sebagai contoh,
Zimmer dan Aldrich (1987) mempelajari kelompok etnik yang bekerja secara mandiri di
tiga kota di Inggris dan menemukan bahwa kebanyakan pemilik usaha mendapatkan
informasi tentang peluang kewirausahaan melalui channel mereka.

G. Kewirausahaan dari perspektif Psikologi
Kharakteristik Psikologis
Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi
mengapa seseorang lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4
aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi diri
4. sifat-sifat kognitif

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Wirausaha
1. Lingkungan keluarga dan masa kecil
2. Pendidikan
3. Nilai-nilai Personal
4. Pengalaman Kerja

H. Memulai Berwirausaha

Langkah-langkah memulai berwirausaha
1. Mengenali peluang usaha
Beberapa sumber peluang usaha antara lain:
a. Perubahan teknologi
b. Perubahan kebijakan dan politik
c. Perubahan sosial demografi
2. Optimalisasi Potensi diri
3. Fokus dalam bidang usaha
4. Berani memulai.











Daftar Pustaka

Hisrich, R.D. dkk. 2005. Entrepreneurship.sixth edition. New York:
McGraw-Hill.
Shane, S. 2003. A General Theory of Entrepreneurship.the Individualopportunity
Nexus. USA: Edward Elgar.
Adair, J. 1996. Effective Innovation. How to Stay Ahead of the Competition. London: Pan Books.
Byrd, J & Brown, P.L. 2003. The Innovation Equation. Building Creativity and Risk
Taking in Your Organization. San Fransisco: Jossey-Bass/Pfeiffer. A Wiley Imprint.
www.pfeiffer.com
http://elisa.ugm.ac.id/chapter_browse.php?Kewirausahaan